Tugas 2
TUGAS II
(EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT TUMBUHAN)
OLEH
YUSTINA MELING
2016610117
1. Mereview
materi epidemiologi penyakit tanaman tentang sejarah epidemiologi di dunia dan
di Indonesia pertemuan pada tanggal 22 Maret 2019
Epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang
penyakit pada poulasi tanaman. Kata epidemiologi berasal dari bahasa Yunani,
tersusun atas dua kata dasar yaitu: “epos” yang artinya diantar, pada atau
mengenai dan “demos” artinya rakyat, banyak,atau populasi. Pengertian epidemilogi
penyakit tanaman cabang ilmu penyakit tanaman yang membahas tentang fenomena
populasi tanaman inang dan populasi patogen dengan memperhatikan interaksinya
yang dipengaruhioleh fakto-faktor fisik, biotik dan manusia yang terjadi dalam
areal dan waktu tertentu yang mengakibatkan kerugian tanaman yang dianalisa
secara kuantitatif tentang bagimana pewabahannya. Proses terjadinya epidemi penyakit pada
populasi inang memerlukan jangka waktu tertentu. Oleh karena itu dalam jangka waktu tersebut
terjadi interaksi antara patogen dan tanaman inang. Interaksi selama itu dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang dapat mendukung maupun menghambat proses terjadinya epidemi,
diantaranya disebabkan oleh faktor ketahanan tanaman inang, virulensi patogen,
dan lingkungan baik makro maupun mikro.
Faktor ketahanan inang diperoleh dari jenis varietas tanaman maupun umur
tanaman, sedangkan virulensi patogen dipengaruhi oleh jenis atau ras patogen.Penyakit
tumbuhan telah menimbulkan banyak kerugian di seluruh dunia. Sementara penduduk
dunia semakin meningkat dan kenutuhan pangan semakin meningkat. Tercatat
beberapa kasus epidemiolgi di dunia
dianatarnya:
a)
Penyakit
hawar kentang pada tahun 1845-1846 yang menyebabkan
1 juta orang meninggal dunia di irlandia dan 2 juta orang berimigrasi ke Amerika
Serikat dan kanada. Penyakit hawar kentang ini disebabkan oleh jamur
phytophtora infestans, apalagi saat itu
cuaca di sana sangat dingin dan juga lembab yang menyebabkan perkembangan jamur
phytophtora infestans semakin cepat. Dan juga penyebab lain adalah situasi
politik tidak mendukung.
Karat
kopi 1890an Sri Lanka 1880an
-Hawar
kentang - Eropa
Barat 1840an
-Karat
gandum - Eropa
sejak z. purba, USA 1910an
-Hawar
jagung - USA
1970an
b)
Epidemiologi
di Indonesia adalah penyakit cacar daun teh yang disebabkan oleh basidium
vexans, penyakit darah pada pisang yang disebabkan oleh fusarium sp, penyakit
tungro pada padi yang disebabkan oleh virus, dan penyakit CPVD (citrus vein
phloem degeration) pada jeruk kapok yang disebabkan oleh mikoplasma. Di Nusa
Tenggara Timur, hawar daun yang disebabkan oleh jamur Marsosina Coronnta mengahancurkann tanaman apel pada tahun
1980-an, penyakit busuk akar yang disebabkan oleh phytophtora nicotianae
mengancam tanaman jeruk soe sejak 1990-an, penyakit busuk batang yang
disebabkan oleh fusariu oxysporium f.sp vanilliae mengancam tanaman vanili sejak tahun 2000-an.
Sejarah
epidemiologi penyakit tanaman telah memberikan dampak yang sangat buruk bagi
masyarakat. Yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat terganggu.
Misalnya pendapatan masyrakat menurun, kurang gizi pada anak-anak. Epidemilogi
penyakit tanaman sangat cepat berkembang pada areal luas maka hal yang harus kita lakukan adalah perlu
melakukan identifikasi dengan benar pada saat serangan awal dan juga melakukan
pengendalian yang tepat agar tidak mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
2. Awal
terjadinya penyakit
Awal
terjadinya penyakit tanaman yaitu:
1.
Inokulasi yaitu proses deposisi/ kontaknya inokulum
pada permukaan jaringan inang. Langkah-langkah yang terjadi pada
proses inokulasi, dimulai dari : inokulum patogen sampai ke permukaan tubuh
tanaman inang melalui perantaraan angin, air, serangga dan sebagainya. Meskipun
inokulum yang dihasilkan patogen banyak sekali tetapi yang dapat mencapai
tanaman inang yang sesuai hanya sedikit sekali. Beberapa tipe inokulum yang
terbawa tanah, seperti zoospora dan nematoda dapat mencapai tanaman inang yang
sesuai melalui substansi yang dikeluarkan oleh akar tanaman.
2.
Penetrasi
yaitu proses masuk pathogen kedalam inang. Patogen melakukan penetrasi dari
permukaan tanaman ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang melalui empat
macam cara, yaitu secara langsung menembus permukaan tubuh tanaman, melalui
lubang-lubang alami, melalui luka, dan melalui perantara (pembawa, vektor). Ada
patogen yang dapat melakukan penetrasi melalui beberapa macam cara dan ada pula
yang hanya dapat melakukan penetrasi melalui satu macam cara saja. Sering
patogen melakukan penetrasi terhadap sel-sel tanaman yang tidak rentan sehingga
patogen tidak mampu melakukan proses selanjutnya atau bahkan patogen mati tanpa
menyebabkan tanaman menjadi sakit. Penetrasi berlangsung secara aktif dan pasif.
Penetrasi secra pasif yaitu pathogen tidak berpartisipasi aktif. Misalnya sel
bakteri terbawa oleh air misalnya stomata masuk kedalam jaringan inang.
Sedangakn penetrasi secara aktif yaitu pathogen secaraa aktif menembus dinding
sel dan masuk kedalam jaringan inang. Misalnya spora cendawan berkecambah,
membentuk apresorium untuk melekatkan diri.
3.
Infeksi
yaitu pathogen yang sudah menetap dalam jaringan inang dan mendapatkan zat
makan dari inangnya. Infeksi dimulai dari inokulasi dan berakhir pada saaat
pathogen mulai mengambil zat makanan. Infeksi
yang terjadi pada tanaman inang, akan menghasilkan gejala penyakit yang tampak
dari luar seperti : menguning, berubah bentuk (malformasi), atau bercak
(nekrotik). Beberapa proses infeksi dapat bersifat laten atau tidak menimbulkan
gejala yang tampak mata, akan tetapi pada saat keadaan lingkungan lebih sesuai
untuk pertumbuhan patogen atau pada tingkat pertumbuhan tanaman selanjutnya,
patogen akan melanjutkan pertumbuhannya, sehingga tanaman menampakan gejala
sakit.
4.
Kolonisasi
yaitu penggerakan pathogen secara aktif maupun pasif melalui jaringan tubuhan
inang, atau merupakan proses pertumbuhan dan perluasan aktivitas pathogen
melalui jaringan inag. Bakteri, mikoplasma, virus, dan nematoda melakukan
invasi dan menginfeksi jaringan baru di dalam tubuh tanaman dengan jalan
menghasilkan keturunan (individu-individu patogen) dalam jaringan yang
terinfeksi. Keturunan patogen ini kemudian akan terpindah secara pasif ke dalam
sel-sel jaringan lain melalui plasmodesmata (untuk virus), floem (untuk virus,
mikoplasma), xilem (untuk beberapa jenis bakteri) atau dapat pula berpindah
secara aktif dengan jalan berenang dalam lapisan air, seperti nematoda dan
beberapa jenis bakteri motil (mempunyai alat gerak).
Patogen
tanaman melakukan perkembangbiakan menggunakan beberapa cara. Jamur dengan
membentuk spora, baik spora seksual maupun spora aseksual. Tumbuhan parasit
melakukan perkembangbiakan menggunakan biji. Bakteri, dan mikoplasma
berkembangbiak dengan membelah (fisi) sel. Virus melakukan replikasi pada
sel-sel tanaman inang, dan nematoda berkembangbiak dengan bertelur.
5.
Diseminasi
atau penyebaran yaitu struktur pathogen yang berfungsi sebagai nokulum
(sekunder) disebarkan/didiseminasikan oleh serangga, air, angina tau agen
peyebar lainnya. Penyebaran patogen dapat terjadi secara aktif maupun pasif.
Penyebaran pasif yang berperan besar dalam menimbulkan penyakit, yaitu dengan
perantaraan angin, air, hewan (terutama serangga), dan manusia. Beberapa
patogen dapat melakukan penyebaran secara aktif, misalnya nematoda, zoospora
dan bakteri motil. Ketiga macam inokulum ini mampu berpindah dalam jarak yang
relatif pendek (mungkin hanya beberapa milimeter atau sentimeter) dengan
menggunakan kekuatan sendiri sehingga kurang efektif dari segi perkembangan
penyakit.
3. Menjelaskan
bagaimana terjadinya penyakit tanaman
Penyakit
tanaman adalah proses dimana bagian-bagian tertentu dari tumbuhan tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan sebaik-baiknya. Penyakit dapat menyebabkan kerusakan pada
tanaman yang menyebabkan kerugian bagi
petani. Akibat dari penyakit dapat menyebabkan kerusakan baik secara
kuantitatif dan kuliatatif. Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu: penyakit local yaitu
penyakit yang terdapat disuatau tempat atau bagian tanman tertentu. Dan juga
penyakit sistemik yaitu penyakit ini menyebar keseluruh tubuh tanaman,
sehinggga seluruh tubuh tanman sakit. Parasit penyebab penyakit tanaman meliputi:
cendawan, bakteri riketsia, mikoplasma, virus, viroid, ganggang, benalu, dan
tali putrid.
Gejala
tanaman yang terserang penyakit: Layu, Rontok, Perubahan warna, Daun
berlubang-lubang, Nekrosis, Kerdil atau atrophy, Hypertrophy, Etiolasi, Roset, Kanker,
Semai roboh, Daun mengeriting, Mumifikasi, Kudi, Tepung.
Terjadinya
penyakit tanaman :
·
Tanaman
Inang
Pengaruh
tanaman inang terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis
tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan
kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang.
·
Patogen
Yang
dimaksud pathogen adalah organism hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu
untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme
tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma, spiroplasma
dan riketsia.
·
Lingkungan
Faktor
lingkungan yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit
dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama
embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan
organic, angin, api, pencemaran air. Faktor lingkungan ini memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman inang dan mnenciptakan kondisi yang sesuai bagi
kehidupan jenis pathogen tertentu.
4. Unsure-unsur
yang terlibat terjadinya epidemic penyakit
1.Tanaman
inang
Tanaman Inang Beberapa
faktor internal dan eksternal tanaman inang tertentu memainkan peranan penting dalam
perkembangan epidemi yang menyangkut inang tersebut. 1.
Tingkat Ketahanan Genetik atau Kerentanan Inang 2.
Derajat Keseragaman Genetik Tanaman Inang 3. Tipe Tanaman
Budidaya 4. Umur Tanaman Inang
1. Tingkat Ketahanan Genetik atau
Kerentanan Inang
Tanaman inang yang mempunyai ketahanan vertikal tidak memungkinkan patogen menjadi berkembang pada tanaman tersebut, kecuali jika patogen mempunyai ras baru yang virulen. Tanaman inang yang mempunyai ketahanan horizontal mungkin akan terinfeksi, namun laju penyakit dan epideminya akan berkembang tergantung pada tingkat ketahanan dan kondisi lingkungannya. Tanaman inang yang rentan yang tidak mempunyai gen ketahanan, tanaman menjadi penyedia substrat yang ideal untuk terjadi dan berkembangnya infeksi. Untuk itu, adanya patogen yang virulen dan lingkungan yang mendukung, tanaman inang rentan sangat baik untuk perkembangan epidemi penyakit.
Tanaman inang yang mempunyai ketahanan vertikal tidak memungkinkan patogen menjadi berkembang pada tanaman tersebut, kecuali jika patogen mempunyai ras baru yang virulen. Tanaman inang yang mempunyai ketahanan horizontal mungkin akan terinfeksi, namun laju penyakit dan epideminya akan berkembang tergantung pada tingkat ketahanan dan kondisi lingkungannya. Tanaman inang yang rentan yang tidak mempunyai gen ketahanan, tanaman menjadi penyedia substrat yang ideal untuk terjadi dan berkembangnya infeksi. Untuk itu, adanya patogen yang virulen dan lingkungan yang mendukung, tanaman inang rentan sangat baik untuk perkembangan epidemi penyakit.
2. Derajat Keseragaman Genetik Tanaman Inang
Bila tanaman inang seragam secara genetik, terutama bila gen tersebut berkaitan dengan ketahanannya terhadap penyakit, ditanam di areal yang luas, sangat mungkin terjadi bahwa ras patogen baru akan nampak yang dapat menyerang genom tanaman tersebut dan menimbulkan epidemi. Contoh, hawar Helminthosporium maydis pada oat Victoria dan pada ‘southern corn leaf blight’ pada jagung yang mempunyai sitoplasma jantan-steril Texas (Tms). Laju tertinggi perkembangan epidemi umumnya terjadi pada tanaman budidaya yang diperbanyak secara vegetatif, kemudiaan pada tanaman yang menyerbuk sendiri, dan yang menyerbuk silang.
Bila tanaman inang seragam secara genetik, terutama bila gen tersebut berkaitan dengan ketahanannya terhadap penyakit, ditanam di areal yang luas, sangat mungkin terjadi bahwa ras patogen baru akan nampak yang dapat menyerang genom tanaman tersebut dan menimbulkan epidemi. Contoh, hawar Helminthosporium maydis pada oat Victoria dan pada ‘southern corn leaf blight’ pada jagung yang mempunyai sitoplasma jantan-steril Texas (Tms). Laju tertinggi perkembangan epidemi umumnya terjadi pada tanaman budidaya yang diperbanyak secara vegetatif, kemudiaan pada tanaman yang menyerbuk sendiri, dan yang menyerbuk silang.
3. Tipe Tanaman Budidaya Pada tanaman semusim epidemi umumnya berkembang lebih cepat
dibandingkan tanaman tahunan.
4. Umur Tanaman Inang Tanaman akan berubah
kerentanannya terhadap penyakit sejalan dengan umur tanaman tersebut. Penyakit yang disebabkan oleh Botrytis, Penicillium, Monilia dan
Glomerella, bagian tanaman menjadi tahan selama pertumbuhan dan pada saat
periode awal dewasa tetapi menjadi rentan setelah mendekati masak. Hawar daun pada kentang (Phytophthora infestans), stadia kerentanan
saat muda selama periode pertumbuhan kemudian diikuti oleh periode yang relatif
tahan pada awal stadia dewasa dan menjadi rentan setelah periode kemasakan.
2.
Lingkungan
Monitoring Unsur Lingkungan Banyak
kesulitan yang kita jumpai untuk memonitoring faktor-faktor lingkungan selama
berlangsungnya epidemi penyakit. Hal tersebut terjadi karena proses monitoring
harus kita lakukan secara terus menerus terhadap beberapa faktor yang berbeda
pada tempat-tempat yang berbeda. Misalnya dengan cara mengukur besaran suhu,
kelembaban relatif, kebasahan daun, hujan, angin, dan kabut.
3.
Aktivitas manusia
Manusia Banyak
aktivitas manusia yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
epidemi penyakit tanaman. Pengaruhnya dapat meningkatkan
maupun menekan frekuensi dan laju epidemi.
4.
Patogen
1. Tingkat Virulensi
Patogen yang virulen dapat menginfeksi secara cepat pada inang dan menyebabkan produksi inokulum lebih cepat dalam jumlah yang lebih besar, dan menyebabkan penyakit lebih cepat dibandingkan dengan patogen yang tingkat virulensinya lebih rendah
Patogen yang virulen dapat menginfeksi secara cepat pada inang dan menyebabkan produksi inokulum lebih cepat dalam jumlah yang lebih besar, dan menyebabkan penyakit lebih cepat dibandingkan dengan patogen yang tingkat virulensinya lebih rendah
2. Jumlah Inokulum Dekat Inang
Propagul patogen yang lebih banyak (bakteri, spora jamur dan sklerotia, telur nematoda, tanaman yang terinfeksi virus, dan seterusnya) dalam tanaman inang atau di lahan yang berdekatan, akan menyebabkan lebih banyak inokulum yang akan `wsxsampai pada inang pada saat yang lebih awal, sehingga dengan cara demikian peluang peningkatan epidemi menjadi lebih besar.
Propagul patogen yang lebih banyak (bakteri, spora jamur dan sklerotia, telur nematoda, tanaman yang terinfeksi virus, dan seterusnya) dalam tanaman inang atau di lahan yang berdekatan, akan menyebabkan lebih banyak inokulum yang akan `wsxsampai pada inang pada saat yang lebih awal, sehingga dengan cara demikian peluang peningkatan epidemi menjadi lebih besar.
3. Tipe Reproduksi Patogen
Semua jenis patogen akan menghasilkan keturunan dalam satu daur reproduksi (waktu generasi), tetapi beberapa diantaranya dapat menghasilkan keturunan yang jauh lebih banyak dibandingkan jenis patogen lain.
Semua jenis patogen akan menghasilkan keturunan dalam satu daur reproduksi (waktu generasi), tetapi beberapa diantaranya dapat menghasilkan keturunan yang jauh lebih banyak dibandingkan jenis patogen lain.
4. Ekologi Patogen Patogen-patogen
tertentu membentuk inokulum di dalam jaringan dan yang lain membentuk inokulum
pada permukaan tubuh tanaman.
5. Cara Penyebaran patogen
Cara penyebaran patogen menentukan cepat-lambat terjadinya epidemi. Seperti : seedborne pathogens, soilborne pathogens, airborne pathogens, dan sebagainya.
Cara penyebaran patogen menentukan cepat-lambat terjadinya epidemi. Seperti : seedborne pathogens, soilborne pathogens, airborne pathogens, dan sebagainya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus